Selasa, 09 Oktober 2007

Pameran buku Jules Verne Di Toko Buku Monte Cristo

Oleh Agus Sarjono


Pada suatu hari tersebutlah kisah
seorang raja yang gundah di samping selingkuh istri
dan para panglima. Maka keluarlah perintah
untuk mengasah senjata, menyiapkan tentara
dan mengatur barisan panah. Sebuah tour kekuasaan
tengah disiapkan, ucap Dumas sambil menghirup pipanya
dengan nyaman dekat perapian yang menyala.
Ketika barisan tentara bergerak
dan pedang berkilau-kilau di bawah surya,
ada yang mengendap-endap
ke peraduan sang permaisuri jelita, seperti....

Cerita yang lapuk dan kurang inspirasi: cerewet
dan tanpa teknologi, potong Jules Verne.
Mari kukisahkan perjalanan menyelam
puluhan ribu mil di bawah laut, berkelana
ke pusat bumi atau mengelilingi dunia dalam 80 hari,
bayangkan: Dunia! bukan cinta dan kesumat
yang serba berlarat-larat
di ranjang kekuasaan. Kisah-kisah cemar
dan menjemukan.

Tapi anak muda, apa yang kau tahu soal dunia?
Gumam Dumas, menahan sabar. Sttt. Kemarilah
akan kukisahkan cerita-cerita simpanan
kepahlawanan dan skandal
di lorong-lorong istana. Tahukah engkau
jenderal perkasa itu sebenarnya.... Sudahlah Pak Tua
Mari kuberi tahu Anda perkara menghitung ketepatan hari
dan mengurus ditel rencana. Mana mungkin dada montok
dan liur jendral atau bangsawan bisa membawa kita ...

Anak muda! Peduli setan dengan perjalanan
ke bawah lautmu. Jika pedang para Jenderal sudah dihunus,
apakah kau pikir para tokohmu masih berani
muncul kembali ke permukaan laut.
Tapi Pak tua, dengan sedikit ilmu hitung, seribu pedang
dan orang pandir bisa berbaris di belakangmu.
Secara teknologis, persoalan politik adalah…
Belum selesai Jules Verne menjelaskan perkara
pipa Dumas sudah melayang ke jidatnya.
Jules Verne menjambret tatakan lilin
dan melemparkannya ke hidung Dumas.
Perkelahian tak terhindarkan. Di luar gerimis
Dan suhu membeku. Bagaimana

jika kubacakan sajak-sajakku, nyanyian negeri tropis
semacam selingan bagi Paris?
Serentak keduanya menoleh padaku. Hei Pendatang baru!
Cukuplah kepala Si cantik Antoinette yang menggelinding
Kian-kemari di hati kami. Abad-abad lewat tapi masih kautuliskan juga
kisah-kisah terbelakang, cerita-cerita semacam bangsa
yang repot belajar jadi manusia. Aku yakin
Si Pandir Jules Verne ini tak bakal berani berkeliling di sana
Berapa hari pun waktunya. Dan ha ha ha
mana dia punya nyali menyelam tiga depa saja
di kedalaman airmata berbau amis lautmu sana.

Tapi Pak Tua, hardik Jules Verne, aku yakin Si Monte-Cristo
juga tiga Musketeermu tak bakal berani jadi ksatria
dan bangsawan di sana. Bayangkan!
bahkan Si Ageng Mangir sudah menjadi mantu raja
dan takluk pula, toh kepalanya pecah berhamburan
di bawah kaki sang mertua.

Saudara-saudara, beri aku kesempatan bicara
sebentar saja. Aku memang dari dunia ketiga
tapi sebenarnya ada banyak harapan
hatibaik dan masa depan, tunggu lah sejenak lagi
kemiskinan dan kekerasan akan tinggal berdebu
di ruang museum dan kitab lama, akan kami bangunkan
negeri kami sebuah masa depan yang ….

Aku termangu. Tak ada lagi Dumas dan Verne.
Toko buku Monte Cristo telah jauh di belakangku.
Di depanku lengang. Kesiur angin dan dingin menjulang
Seperti kubah Sacre Ceur. Kulekapkan mantelku
sambil tertatih mencari jalan pulang.

1999

Tidak ada komentar: