Selasa, 09 Oktober 2007

Oleh Agus Sulistyo


Bukan karena kerdil aku panjat pohon ara itu...,
tetapi kerumunan itu memang membatasi ruang pandanganku -betapa
pun tinggi tubuhku- untuk melihat dia .
Bukankah kerumunan akan memancing tanya?
Ku arahkan pandangku padanya.
Dia manatapku,
"Aku akan singgah di rumahmu!"

"Apa yang dapat aku berikan padamu?"

"Hanya hatimu... untuk memetik kecapi dan bunyi-membunyikan keindahan untuk Bapaku."

"Apa yang akan kamu berikan padaku?"

"Kabar gembira!"

"Hanya itu?"

"Ya!"

"Dan untuk itu, aku harus melepaskan segala kepunyaanku?"

"Ya!"

"Kalau begitu mampirlah lain waktu...,
tidak dengan syarat yang sama."

"Kalau begitu,
pergilah agar tak suatupun kuambil darimu! Ha...ha...."

"Ha...ha...." kami berdua tertawa.

Dia pun berlalu.
Sayang, dia tidak tahu bahwa aku punya kabar duka untuknya.


Yogyakarta 2003

1 komentar:

alblogs mengatakan...

Bagus idemu, Gus
Lanjutkan corat-coretmu!
Good Luck, man!